BAB I.
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Kata nata berasal dari bahasa Spanyol yang berarti krim.
Nata diterjemahkan ke dalam bahasa Latin sebagai 'natare' yang berarti
terapung-apung. Nata dapat dibuat dari air kelapa, santan kelapa, tetes tebu
(molases), limbah cair tebu, atau sari buah (nanas, melon, pisang, jeruk, jambu
biji, strawberry dan lain-lain). Nata yang dibuat dari air kelapa disebut nata
de coco. Di Indonesia, nata de coco sering disebut sari air kelapa atau sari
kelapa. Nata de coco pertama kali berasal dari Filipina. Di Indonesia, nata de
coco mulai dicoba pada tahun 1973 dan mulai diperkenalkan pada tahun 1975.
Namun demikian, nata de coco mulai dikenal luas di pasaran pada tahun 1981
(Sutarminingsih, 2004).
Di Indonesia pada awalnya, industri pengolahan nata diawali
di tingkat usaha rumah tangga (home industry) dengan menggunakan sari buah
nanas sebagai bahan bakunya sehingga produknya sering disebut nata de pina.
Seperti pada umumnya usaha buah-buahan musiman lainnya, keberlangsungan
produksi nata de pina terbentur dengan kendala sifat musiman tanaman nanas.
Sehingga produksi nata de pina tidak dapat dilakukan sepanjang tahun.
Keberlangsungan input merupakan hal yang penting dalam manajemen agribisnis
termasuk nata de coco (Gumbira dan Intan, 2001). Untuk mengatasi kendala
tersebut, alternatif penggunaan bahan lain yang mudah didapat, tersedia
sepanjang tahun dan harganya murah adalah air kelapa. Pada mulanya air kelapa
kebanyakan hanya merupakan limbah dari industri pembuatan kopra atau minyak
goreng (Jawa: klentik). Nata dari air kelapa yang kemudian terkenal dengan nama
nata de coco merupakan hasil fermentasi air kelapa dengan bantuan mikroba
acetobacter xylinum. Jumlah air kelapa yang dihasilkan dari buah kelapa di
Indonesia kurang lebih 900 juta liter per tahun (Sutardi 2004).
Nata de coco merupakan salah satu produk olahan air kelapa
yang memiliki kandungan serat tinggi dan kandungan kalori rendah sehingga cocok
untuk makanan diet dan baik untuk sistim pencernaan serta tidak mengandung
kolesterol sehingga mulai poluler di kalangan masyarakat yang memiliki
perhatian pada kesehatan. Nata de coco tidak hanya memiliki pasar domestik
tetapi juga pasar ekspor terutama Eropa, Jepang, Amerika Serikat dan
negara-negara Timur Tengah. Di pasar domestik, permintaan nata de coco biasanya
meningkat tajam pada saat menjelang hari raya Natal, Lebaran, Tahun Baru dan
peristiwa-peristiwa penting lainnya. Begitu banyaknya permintaan pada waktu-waktu
tersebut, banyak rumah tangga yang secara sporadis membuat nata de coco untuk
memanfaatkan kesempatan tersebut. Negara-negara penghasil nata de coco pesaing
Indonesai adalah Filipina, Malaysia dan Vietnam. Di pasar ekspor, Filipina
merupakan saingan utama produk nata de coco. Di Jepang, 90% nata de coco
diimpor dari Filipina. Orang Jepang percaya bahwa nata de coco dapat melindungi
tubuh dari kanker dan digunakan untuk makanan diet (DAAMAS, 2004).
Dari segi skala perusahaan, usaha nata de coco dilakukan oleh
beberapa perusahaan besar-menengah dan juga banyak sekali perusahaan
kecil-rumah tangga. Tentu saja mereka memiliki segmentasi pasar
sendiri-sendiri. Perusahaan besar-menengah memiliki pasar yang relatif lebih
luas mencangkup pasar domestik dan pasar ekspor. Sedangkan perusahaan
kecil-rumah tangga memiliki pasar lokal dan daerah sekitar. Usaha kecil-rumah
tangga nata de coco telah banyak menyerap tenaga kerja lokal. Oleh karena itu,
pemerintah sangat mendukung usaha nata de coco tersebut melalui pemberian
latihan/bimbingan teknis dan bantuan modal pada usaha kecil.
Sebenarnya nata de coco merupakan hasil sampingan (limbah)
buah kelapa. Buah kelapa merupakan bagian terpenting dari tanaman kelapa karena
memiliki nilai ekonomis dan gizi yang tinggi. Dilihat dari persentase
komponennya, buah kelapa terdiri dari empat komponen yaitu 35% sabut, 12%
tempurung, 28% daging buah dan 25% air kelapa. Masing-masing komponen dapat
dimanfaatkan untuk produk makanan maupun non makanan. Sebagai contoh serabut
untuk kerajinan keset, sapu, furniture; tempurung kelapa untuk arang; buah
kelapa untuk minyak goreng, santan, kopra; dan air kelapa untuk nata de coco.
Dari total produksi kelapa di Indonesia 34,7% diolah untuk santan, 8% untuk
minyak goreng dan 57,3% untuk kopra (Kompas, 2004). Terdapat bermacam-macam
output hasil olahan buah kelapa. Gambar 1.1. menunjukkan output derivasi dari
buah kelapa. Nata de coco hanya merupakan salah satu output derivasi dari air
kelapa, selain asam cuka minuman dan obat penurun panas.
Dari segi keberlangsungan pasokan input, usaha nata de coco
memiliki prospek yang cerah. Daerah penghasil kelapa di Indonesia antara lain
Sulawesi Utara, Riau, Jambi, Lampung, Daerah Istimewa Aceh, Sumatra Barat,
Sumatra Utara, Sulawesi Tengah, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Kalimantan
Barat, Kalimantan Selatan, Nusa Tenggara Timur dan Nusa Tenggara Barat. Sebesar
90,86% dari total produksi kelapa Indonesia berasal dari daerah-daerah tersebut
(Departemen Pertanian 2004). Data sampai dengan tahun 1999 menunjukkan bahwa
Indonesia merupakan penghasil kelapa terbesar di dunia diikuti India dan
Filipina (DAAMAS 2004). Tabel 1.1 menunjukkan produksi kelapa di Indonesia,
Filipina, India dan Total dunia 1995-1999.
Tabel
1.1.Produksi Kelapa (000 metric tons)
Negara
|
1995
|
1996
|
1997
|
1998
|
1999
|
Indonesia
|
13.868
|
14.138
|
14.710
|
14.710
|
13.000
|
Filipina
|
10.300
|
11.318
|
12.053
|
10.493
|
11.000
|
India
|
8.000
|
9.649
|
9.800
|
10.000
|
11.000
|
Total
Dunia
|
45.068
|
47.733
|
49.354
|
47.696
|
47.480
|
Sumber:
Biro Statistik Pertanian - Filipina http://www.da.gov.ph/agribiz/coconut1.html
Buah kelapa memiliki kontribusi pembangungan ekonomi di
Nanggroe Aceh Darussalam. Dari buah kelapa ini saja sudah terdapat tiga
industri menengah dan besar, 270 industri kecil formal dan nonformal. Dari
sekitar 7.537 unit usaha yang menyerap 39.532 tenaga kerja di sektor industri,
hanya sekitar enam% saja tenaga kerja yang terkait dengan industri dengan latar
belakang pemanfaatan kelapa.
Usaha nata de coco memberikan dampak
yang positif terhadap masyarakat sekitar karena mengingat bahan dasar nata de
coco hanya merupakan limbah produksi kopra. Dengan asumsi setiap petani dapat
menghasilkan 10 jerigen (kapasitas 20 liter) atau 200 liter dalam satu hari,
petani akan mendapatkan tambahan penghasilan Rp 20.000-Rp30.000 per hari (harga
per liter: Rp 100 - Rp 150 per liter). Air kelapa memiliki kandungan vitamin
seperti ditunjukkan oleh tabel Tabel 1.2.
Tabel
1.2. Komposisi Vitamin Air Kelapa
No.
|
Jenis Vitamin
|
ug/ml
|
1.
|
Asam
nikotinat
|
0,01
|
2.
|
Biotin
|
0,02
|
3.
|
Asam
pantotenat
|
0,52
|
4.
|
Riboflavin
|
0,01
|
5.
|
Asam fosfat
|
0,03
|
Sumber:
Dolendo dan Pacita (1967); cit.: Khak (1999), Sutarminingsih (2004).
Dari segi sosial, usaha nata de coco menyerap tenaga kerja
lokal yang besar baik perusahaan menengah, besar, kecil maupun rumah tangga.
Usaha ini hanya menggunakan teknologi yang sederhana tanpa perlu pengetahuan
yang spesifik. Sehingga, usaha ini dapat dilakukan dalam usaha skala kecil
maupun skala usaha rumah tangga terutama di daerah penghasil kelapa atau
kawasan industri pangan yang bahan bakunya dari daging buah kelapa seperti
industri minyak kelapa, industri geplak dan lain-lain (Sutardi, 2004).
Limbah usaha nata de coco adalah
limbah cair yang asam baik bau maupun rasa. Limbah ini tidak membahayakan.
Pengolahan limbah dilakukan dengan proses yang sederhana, yaitu dengan
membuatkan bak penampungan di dalam tanah. Bahkan, beberapa pengusaha menggunakan
air limbah tersebut untuk menyiram tanaman kelapa di perkebunan.
Menanggapi
permasalahan di atas, penulis ingin melihat sejauh mana respon para pengusaha
terhadap pendapatan Home Industri. Adapun
judul penelitian penulis adalah “ Analisis
Pendapatan dan Keuntungan Usaha Nata De Coco Khausar Pada CV.Mitra Kurnia Gampong
Rumpet Kecamatan Krueng Barona Jaya Kabupaten Aceh Besar”.
B.
Permasalahan
Berdasarkan
dari latarbelakang diatas, maka penulis ingin mengetahui berapa besar
pendapatan dan keuntungan dari hasil penjualan Nata De Coco tersebut?
C.
Manfaat
Kegiatan
Manfaat
atau kegunaan Bakti Propesi ini merupakan suatu uji coba kemampuan penerapan
ilmu yang telah diterima dalam masa studi dan diaplikasikan langsung ke
lapangan. Selain itu juga menjadi motivasi bagi mahasiswa untuk menjadi pelaku
dalam dunia usaha dimasa mendatang.
D.
Tujuan
Bakti Propesi
Penelitian
ini bertujuan untuk mengetahui pendapatan dan keuntungan dari hasil produksi
Nata De Coco Khausar yang dilakukan oleh para pengusaha di Kecamatan Krueng
Barona Jaya Kabupaten Aceh Besar.
E.
Kegunaan
Penelitian
ini diharapkan dapat menjadi pedoman dan bahan pertimbangan bagi pengambil
keputusan dalam kaitan , untuk mengetahui tanggapan petani terhadap peluang
komoditi Nata De Coco, untuk mengetahu besar pendapatan dan keuntungan yang
diterima oleh pengusaha Nata De Coco tersebut.
BAB II
GAMBARAN UMUM USAHA
1.
Profil Pengusaha
Usaha CV.Mitra Kurnia adalah sebuah
usaha yang bergerak dibidang Home Industri, tepatnya Industri Produk Masak Dari
Kelapa (Nata De Coco). Usaha ini terletak di Desa Rumpet, Kabupaten Aceh Besar.
Usaha ini didirikan pada tahun 2000 oleh Bapak Drs.Tgk. H. M. Yahya. Awalnya
Bapak M. Yahya tidak hanya membuat Nata saja akan tetapi beliau juga membuat
produk laim seperti kecap dan saus. Home
Industri ini didirikan karena masih kurangnya minat masyarakat kota Banda Aceh
dan Aceh Besar untuk menghasilkan produk. Maka dalam hal ini usaha Natalah yang menjadi objek Bapak M. Yahya,
dengan asumsi peluang pasar lebih besar (memungkinkan untuk menjadi leader
market) karna masih jarangnya pengusaha lainnya.
2.
Profil
Usaha
Usaha
Nata adalah sebuah peluang besar jika dikembangkan di wilayah Aceh, mengingat
permintaan Nata De Coco yang terjadi dipasar sangatlah tinggi sehingga belum
dapat dipenuhi, dalam hal ini masih sangat dibutuhkan pasokan dari daerah
Sumatra Utara. Adanya permintaan akan pasar terhadap Nata yang semakin tinggi, menandakan
bahwa masyarakat sudah mulai mengetahui nilai gizi Nata De Coco tersebut.
3.
Sumber
Modal
usaha
Bapak M. Yahya dimulai dari usaha ini yang didirikan tepatnya pada tahun 2000 dengan modal yang digunakan adalah
sepenuhnya modal sendiri. Bermodalkan uang sebesar Rp.200.000..000; usaha Nata
De Coco Bapak M.Yahya telah berdiri.
Dalam
seebuah usaha tentunya memiliki banyak tantangan dan peluang, dimana tantangan
dan peluang ini juga menghampiri usaha CV.Mitra
Kurnia. Tepatnya pada tahun 2004 dimana musibah Tsunami terjadi, juga
memberikan dampak yang besar bagi usaha ini. Musibah itu menyebabkan usaha Nata
ini menjadi vakum hingga beberapa tahun. Kevakuman usaha ini berlangsung lama
hingga tahun 20010. Namun seorang yang memiliki jiwa pengusaha, pastinya dapat melihat peluang
disekitarnya, dan mampu untuk bangkit dikala gagal. Inilah yang terjadi pada
usaha CV.Mitra Kurnia.
Pada
tahun 2010, CV.Mitra Kurnia kembali bangkit dengan peforma yang mengagumkan.
Dengan besarnya keyakinan dan minat konsumen maka CV.Mitra Kurnia ini didirikan
kembali dengan modal investasi yang ringan yaitu Rp.50.000; tidak termasuk
tanah dan bangunan, karna tanah tempat pendirian usaha ini milik sendiri.
Produk yang dihasilkan dengan kapasitas produksi terpasang pertahun 20.000 dus.
4.
Struktur
Organisasi
Struktur organisasi pada usaha nata de coco Khausar ini adalah
berbentuk garis, yang artinya setiap tingkatan jenjang organisasi dipimpin oleh
seorang atasan yang membawahi beberapa karyawan yang bertanggung jawab langsung
kepada atasan.
Dalam skema diatas dapat kita lihat bahwa direktur merupakan posisi paling tinggi dalam organisasi,
pengambil keputusan dan penanggung jawab utama tercapai tujuan. Wakil Direktur
merupakan pembantu direktur, bertanggung jawab atas kegiatan operasional. Sedangkan para karyawan atau tenaga kerja bertugas dalam proses produksi dan pengolahan yang
selalu diawasi oleh wakil direktur.
5. Sumber Bahan Baku
Bahan
baku merupakan sarana produksi yang habis dipakai dalam sekali proses produksi.
Bahan baku adalah bahan dasar yang digunakan dalam pembuatan suatu produk.
Dalam pelaksanaan produksi nata de coco
ini bahan baku utama yang digunakan adalah air kelapa yang berasal dari
kelapa tua. Bahan baku tersebut dapat diperoleh dari tempat-tempat pengukuran
kelapa yang terdapat di Pasar Peunayong, Banda Aceh. Biasanya air kelapa ini
terbuang percuma dan untuk mendapatkan
sejumlah besar bahan baku tidak dibutuhkan biaya yang besar, biasanya untuk 20
liter hanya Rp.3000. Bahan baku dipersiapkan dalam kapasitas besar sebelum proses
produksi berlangsung.
6. Tenaga kerja
Jumlah
tenaga kerja tetap yang dipekerjakan di perusahaan ini adalah sebanyak 4 orang.
Industri ini mempekerjakan 2 orang pekerja wanita dan 2 orang pekerja
laki-laki. Tenaga kerja tersebut bersifat terikat, namun upah dibayarkan di
akhir bulan. Upah yang dibayar berbeda-beda menurut skill yang dimiliki. Dua
pekerja wanita bertanggung jawab atas pembuatan lembaran nata de coco, dan
pengemasan nata de coco. Sedangkan dua orang pekerja laki-laki bertanggung
jawab dalam pemotongan lembarab nata de coco dan pembuangan asam nata de coco.
BAB III
HASIL PELAKSANAAN KEGIATAN
1.
Lokasi
dan Waktu
Lokasi
penelitian adalah di CV.Mitra Kurnia di Desa Rumpet, Kec. Krueng Barona
Jaya Aceh Besar.
2.
Data
Metode
pengambilan data yang dilakukan dalam pelaksanaan praktikum pada usaha Nata De
Coco “CV.Mitra Kurnia” meliputi dua cara:
a. Interview
(wawancara)
Untuk
memperoleh data penulis melakukan wawancara langsung dengan pimpinan perusahaan
yaitu Bapak H.M. Yahya dan tenaga kerjanya sehingga penulis ,memperoleh
data-data yang diperlukan dalam penulisan laporan praktikum ini.
b. Observasi
(pengamatan)
Selain
wawancara, penulis juga melakukan pengamatan langsung ke tempat usaha Nata De
Coco “CV.Mitra Kurnia” sekaligus mempelajari teknik-teknik
pembuatan Nata De Coco sehingga penulis memperoleh data yang dapat memperkuat
data sebelumnya.
3.
Cara membuat nata
Nata
de Coco merupakan makanan pencuci mulut (desert). Nata de Coco adalah makanan
yang banyak mengandung serat, mengandung selulosa kadar tinggi yang bermanfaat
bagi kesehatan dalam membantu pencernaan.
Kadungan
kalori yang rendah pada Nata de Coco merupakan pertimbangan yang tepat produk
Nata de Coco sebagai makan diet. Dari segi penampilannya makanan ini memiliki
nilai estetika yang tinggi, penampilan warna putih agak bening, tekstur kenyal,
aroma segar. Dengan penampilan tersebut maka nata sebagai makanan desert
memiliki daya tarik yang tinggi. Dari segi ekonomi produksi nata de coco
menjanjikan nilai tambah. Pembuatan nata yang diperkaya dengan vitamin dan
mineral akan mempertinggi nilai gizi dari produk ini.
Nata
de Coco dibentuk oleh spesies bakteri asam asetat pada permukaan cairan yang
mengandung gula, sari buah, atau ekstrak tanaman lain. Beberapa spesies yang
termasuk bakteri asam asetat dapat membentuk selulosa, namun selama ini yang
paling banyak dipelajari adalah Acetobacter xylinum. Bakteri Acetobacter
xylinum termasuk genus Acetobacter. Bakteri Acetobacter xylinum bersifat Gram
negatip, aerob, berbentuk batang pendek atau kokus.
Pemanfaatan
limbah pengolahan kelapa berupa air kelapa merupakan cara mengoptimalkan
pemanfaatan buah kelapa. Limbah air kelapa cukup baik digunakan untuk substrat
pembuatan Nata de Coco. Dalam air kelapa terdapat berbagai nutrisi yang bisa
dimanfaatkan bakteri penghasil Nata de Coco. Nutrisi yang terkandung dalam air
kelapa antara lain : gula sukrosa 1,28%, sumber mineral yang beragam antara
lain Mg2+ 3,54 gr/l, serta adanya faktor pendukung pertumbuhan (growth
promoting factor) merupakan senyawa yang mampu meningkatkan pertumbuhan bakteri
penghasil nata (Acetobacter xylinum).
Adanya
gula sukrosa dalam air kelapa akan dimanfaatkan oleh Acetobacter xylinum
sebagai sumber energi, maupun sumber karbon untuk membentuk senyawa metabolit
diantaranya adalah selulosa yang membentuk Nata de Coco. Senyawa peningkat
pertumbuhan mikroba (growth promoting factor) akan meningkatkan pertumbuhan
mikroba, sedangkan adanya mineral dalam substrat akan membantu meningkatkan
aktifitas enzim kinase dalam metabolisme di dalam sel Acetobacter xylinum untuk
menghasilkan selulosa.
Dengan
perrtimbangan diatas maka pemanfaatan limbah air kelapa merupakan upaya
pemanfaatan limbah menjadi produk yang memiliki nilai tambah. Fermentasi Nata
de Coco dilakukan melalui tahap-tahap berikut:
Persiapan
bahan dan alat :
- Pemeliharaan biakan murni Acetobacter xylinum
- Pembuatan starter
- Pembuatan lembaran nata de coco
- Fermentasi
- Pemanenan
- Pengolahan
- Pengemasan
3.1. Pemeliharaan Kultur Murni Acetobacter xylinum
Biakan atau kultur murni Acetobacter
xylinum diperoleh di laboratorium Mikrobiologi Balai Besar Litbang Pascapanen
Pertanian, Bogor. Kultur tersebut tumbuh pada media Hassid Barker. Koleksi
kultur dapat dalam bentuk kering beku dalam ampul, maupun dalam bentuk goresan
dalam agar miring (slant agar). Koleksi kultur dalam bentuk kering beku dalam
ampul dapat bertahan hidup bertahun-tahun tanpa peremajaan. Sedangkan koleksi
kultur dalam agar miring perlu peremajaan setiap 2-3 bulan. Kebanyakan koleksi
kultur pemeliharaannya dengan cara peremajaan dilakukan pada media agar miring.
Pemeliharaan koleksi kultur yang
dimiliki dapat dilakukan dengan cara: pembuatan media Hassid Barker Agar (HBA)
dalam tabung reaksi dan peremajaan kultur setiap 2-3 bulan. Komposisi media HBA
adalah sebagai berikut: sukrosa 10%, (NH4)2SO4 0,6 g/L, K2HPO4 5,0 g/L, ekstrak
khamir 2,5 g/L 2 % asam asetat glasial, agar difco 15 g/L . Media HBA
dimasukkan kedalam tabung reaksi dan disterilkan dalam autoclave 121 oC, 2 atm,
selama 15 menit. Media dalam tabung reaksi masih panas diletakkan mring hingga
membeku untuk menghasilkan media agar miring. Peremajaan dapat dilakukan dengan
cara menggoreskan 1 ose kultur kedalam media agar miring yang telah
dipersiapkan. Kutur baru diinkubasi pada suhu kamar, selama 2-3 hari. Kultur
akan tumbuh pada media HBA miring dengan bentuk sesuai alur goresan. Kultur
yang terlah diremajakan siap untuk kultur kerja, dan sebagian disimpan untuk
kultur simpan atau kultur stok (Stock Culture).
3.2. Proses Pembuatan
Peralatan yang diperlukan:
1. Kompor
2. Panci untuk merebus media / air
kelapa
3. Gelas ukur besar 1liter dan 250
mililiter
4. Pengaduk
5. . Pisau pengiris nata
6. Plastik kemasan 1/2 kg
7. . Saringan air kelapa/ ayakan tepung
8. . Nampan/ wadah untuk fermentasi
9. Kain putih/mori untuk penutup 3 m
10. Tali pengikat/karet
11. Ember/baskom perendam/pencuci
12. Timbangan kue
13. Sealing cup ukuran aqua gelas
Bahan yang
diperlukan:
1. Air kelapa 25 liter
2. Gula pasir 2,5 kg
3. Asam cuka (asam asetat 25%)/asam cuka dapur
400 mili liter
4. Urea 25 g
5. Sirup rasa dan warna disesuaikan kesukaan
masyarakat
6. Kap gelas (ukuran aqua gelas)
7. llumunium foil satu gulung
8. Sendok plastic
3.3.
Pembuatan lembaran nata de coco
1. Penyaringan
air kelapa. Penyaringan ini dilakukan untuk memisahkan air dari kotoran-kotoran
atau serbuk-serbuk sabut kelapa yang ikut terbawa. Pada industri ini,
penyaringan dilakukan dengan menggunakan kain saring dengan ukuran dengan
akuran mesh yang lebih kecil dari saringan plastic biasanya. Jumlah air yang
digunakan untuk sekali produksi adalah 100 liter.
2. Penambahan
gula, Alumunium sulfat, dan asam asetat glasial. Ketiga bahan tersebut
ditambahkan kedalam air kelapa untuk dapat menciptakan kondisi pertumbuhan yang
sesuai untuk pertumbuhan bakteri yang akan diinokulasikan. Gula dan Alumunium
sulfat digunakan sebagai sumber nutrisi karbon dan nitrogen bagi bakteri,
sedangkan asetat glacial ditambahkan untuk menciptakan kondisi asam dengan pH
4-4,5. Dari 100 liter air kelapa yang digunakan, ditambahkan gula sebanyak
40cc, alumunium sulfat 40cc, dan asam asetat glacial 40cc.
3.
Pemanasan larutan. Pemanasan larutan
dilakukakan hingga suhu 100 derajat Celsius untuk melarutkan seluruh larutan
gula, Alumunium sulfat, dan asam asetat glacial yang ditambahkan kedalam air
kelapa.
4.
Penyaringan kembali larutan air kelapa. Penyaringan
ini dimaksudkan untuk memisahkan larutan dari kotoran-kotoran yang mungkin
terdapat pada gula, Alumunium sulfat, dan asam asetat glacial.
5.
Pendinginan setelah pemanasan, larutan dituang
kedalam wadah fermentasi (talam) dan ditutup dengan kertas koran yang steril
hingga larutan menjadi dingin selama 2-3 jam
6.
Penambahan starter. Starter ditambahkan kedalam
larutan setelah larutan tersebut benar-benar menjadi dingin. Banyak starter
yang ditambahkan sekitar 1 botol starter dapat untuk 6 talam. Kemudian ditutup
dengan kertas Koran yang steril dan diikat dengan karet.
7.
Proses fermentasi. Fermentasi dilakukan dengan
meletakan wadah-wadah fermentasi tersebut diatas rak fermentasi atau dirung
kamar hingga 7 hari sampai berbentuk lapisan nata dengan ketebalan yang diinginkan.
3.4.Persiapan Substrat
Sustrat adalah media pertumbuhan
bakteri Acetobacter xylinum, bentuk cair yang didalamnya mengandung nutrisi
yang diperlukan untuk pertumbuhan Acetobacter xylinum, untuk menghasilkan Nata
de Coco.
Cara penyiapan substrat untuk
pembuatan Nata de Coco dengan bahan baku air kelapa ádalah sebagai berikut; air
kelapa yang diperoleh dari pasar disaring dengan menggunakan kain saring
bersih. Ke dalam air kelapa ditambahkan sukrosa (gula pasir) sebanyak 10%
(b/v). Gula ditambahkan sambil dipanaskan, diaduk hingga homogen. Urea
(sebanyak 5 gram urea untuk setiap 1 liter air kelapa bergula yang disiapkan)
ditambahkan dan diaduk sambil didihkan. Substrat ini didinginkan, kemudian
ditambah asam acetat glacial (asam cuka ) sebanyak 2% atau asam cuka dapur 25%
(16 ml asam asetat untuk setiap 1 liter air kelapa). Substrat disterilkan
dengan cara dimasukkan dalam outoclave pada suhu 121 oC, tekanan 2 atm, selama
15 menit (atau didihkan selama 15 menit).
3.5.Penyiapan Starter
3.5.Penyiapan Starter
Starter adalah bibit Acetobacter
xylinum yang telah ditumbuhkan dalam substrat pertumbuhan kultur tersebut
sehingga populasi bakteri Acetobacter xylinum mencapai karapatan optimal untuk
proses pembuatan nata, yaitu 1 x 109 sel/ml. Biasanya kerapatan ini akan
dicapai pada pertumbuhan kultur tersebut dalam susbtrat selama 48 jam (2 hari).
Penyiapan starter adalah sebagai
berikut: substrat disterilkan dengan outoclave atau dengan cara didihkan selama
15 menit. Setelah dingin kira-kira susu 40 oC, sebanyak 300 ml dimasukkan ke
dalam botol steril volume 500 ml. Substrat dalam botol steril diinokulasi
(ditanami bibit bakteri Acetobacter xylinum) sebanyak 2 ose (kira-kira 2 pentol
korek api), bibit Acetobacter xylinum. Substrat digojog, sebaiknya menggunakan
shaker dengan kecepatan 140 rpm ( secara manual digojog setiap 2-4 jam ).
Starter ditumbuhkan selama 2 hari, pada suhu kamar.
3.6.Fermentasi
3.6.Fermentasi
Fermentasi adalah suatu proses
pengubahan senyawa yang terkandung di dalam substrat oleh mikroba (kulture)
misalkan senyawa gula menjadi bentuk lain (misalkan selulosa / Nata de Coco), baik
merupakan proses pemecahan maupun proses pembentukan dalam situasi aerob maupun
anaerob. Jadi proses fermentasi bisa terjadi proses katabolisme maupun proses
anabolisme.
Fermentasi substrat air kelapa yang
telah dipersiapkan sebelumnya prosesnya sebagai berikut; substrat air kelapa
disterilkan dengan menggunakan outoclave atau dengan cara didihkan selama 15
menit. Substrat didinginkan hingga suhu 40oC. Substrat dimasukkan pada nampan
atau baskom steril dengan permukaan yang lebar, dengan kedalaman substrat
kira-kira 5 cm. Substrat diinokulasi dengan menggunakan starter atau bibit
sebanyak 10 % (v/v). Substrat kemudian diaduk rata, ditutup dengan menggunakan
kain kasa. Nampan diinkubasi atau diperam dengan cara diletakan pada tempat
yang bersih, terhindar dari debu, ditutup dengan menggunakan kain bersih untuk
menghindari terjadinya kontaminasi. Inkubasi dilakukan selama 10 – 15 hari,
pada suhu kamar. Pada tahap fermentasi ini tidak boleh digojok. Pada umur 10-15
hari nata dapat dipanen.
3.7.Proses Pengolahan Nata de Coco
Nata de Coco yang dipanen pada umur
10-15 hari, dalam bentuk lembaran dengan ketebalan 1 - 1,5 cm. Nata de Coco
dicuci dengan menggunakan air bersih, diiris dalam betuk kubus, dicuci dengan
menggunakan air bersih. Nata de Coco direndam dalam air bersih selama 2-3 hari.
Agar rasa asam Nata de Coco hilang perlu direbus hingga selama 10 menit. Hingga
tahap ini telah dihasilkan Nata de Coco rasa tawar.
Untuk menghasilkan Nata de Coco siap
konsumsi yang memiliki rasa manis dengan flavour tertentu perlu dilakukan
proses lanjut. Nata de Coco direbus dalam air bergula. Penyiapan air bergula
dengan cara menambahkan gula pasir sebanyak 500 gr ke dalam 5 liter air
ditambahkan vanili atau flavour agent lain untuk menghasilkan valour yang
diinginkan. Potongan Nata de Coco bentuk dadu dumasukkan kedalam air bergula
selanjutnya direbus hingga mendidih selama 15 menit. Nata de Coco didingankan
dan siap untuk dikonsumsi
3.8.Pengemasan
3.8.Pengemasan
Kemasan merupakan aspek penting
dalam rangka menghasilkan produk Nata de Coco untuk keperluan komersial. Dengan
demikian proses pengemasan perlu dilakukan secara teliti dan detail prosesnya
sehingga menghasilkan nilai tambah yang optimal dari manfaat dan tujuan
pengemamasan tersebut.
Kemasan
terhadap produk Nata de Coco memiliki tujuan seabagai berikut:
a. Mengawetkan produk agar bertahan lama tidah rusak.
b. Memberikan sentuhan nilai estetika terhadap produk sehingga memiliki daya tarik yang lebih tinggi.
c. Meningkatkan nilai tambah secara ekonomi terhadap produk.
d. Memudahkan proses penyimpanan dan distribusi produk.
a. Mengawetkan produk agar bertahan lama tidah rusak.
b. Memberikan sentuhan nilai estetika terhadap produk sehingga memiliki daya tarik yang lebih tinggi.
c. Meningkatkan nilai tambah secara ekonomi terhadap produk.
d. Memudahkan proses penyimpanan dan distribusi produk.
Pengemasan
dapat dilakukan dengan kemasan yang sederhana dengan menggunakan kantung
plastik kemasan dengan usuran bervariasi ½ kg, 1 kg dan seterusnya sesuai
dengan keperluan pasar bila pengemasan bertujuan untuk komersial. Kemasan dapat
pula dilakukan dengan menggunakan kemasan cup plastik, ukuran aqua cup atau
yang lebih besar. Ragam bentuk dan ukuran sangat ditentukan oleh kebutuhan
pasar.
Untuk
menghasilkan kemasan yang baik dengan mempertimbangkan keawetan produk yang
dihasilakan perlu diperhatikan hal-hal sabagai berikut:
a. Kemasan harus bersih atau steril.
b. Isi kemasan diusahakan penuh agar tidak ada udara tersisa dalam kemasan sehingga mikroba kontaminan tidak tumbuh.
a. Kemasan harus bersih atau steril.
b. Isi kemasan diusahakan penuh agar tidak ada udara tersisa dalam kemasan sehingga mikroba kontaminan tidak tumbuh.
Proses
pengemasan produk Nata de Coco dapat dilakukan sebagai berikut; Nata de Coco
yang telah direbus dengan penambahan gula dan flavouring agent tertentu
didinginkan hingga suhu 40 oC. Produk tersebut selanjutnya dimasukkan ke dalam
kemasan plastik atau cup secara aseptik untuk menghindari contaminan. Pengisian
produk kedalam kemasan harus penuh agar tidak tersisa udara dalam kemasan
sehingga mikroba kontaminan tidak bisa tumbuh. Kemasan selanjutnya ditutup
dengan menggunakan sealer. Setelah pengemasan selesai produk dimasukkan dalam
air dingin hingga produk menjadi dingan dan segera ditiriskan. Selanjutnya
produk yang telah dikemas dan didistribusikan atau disimpan dalam penyimpan
berpendingin agar tetap segar dan lebih awet. (http://www.smallcrab.com/others/448-membuat-nata-de-coco)
4. ASUMSI DAN PARAMETER PERHITUNGAN
Dalam analisis keuangan, proyeksi penerimaan dan biaya
dilandaskan atas beberapa asumsi yang terangkum dalam Tabel Periode proyek
adalah 4 tahun (tahun 1, 2, 3 dan 4). Tahun ke nol sebagai dasar perhitungan
nilai sekarang (present value) adalah tahun ketika biaya investasi awal
dikeluarkan. Dengan tingkat keberhasilan fermentasi sebesar 95%, pengusaha
dapat menghasilkan 1.600 nata de coco lembaran (kurang lebih 1.600 kg).
Tabel :Asumsi Analisis Keuangan
No
|
Asumsi
|
Satuan
|
Jumlah/
nilai |
Keterangan
|
1
|
Periode proyek
|
tahun
|
10
|
Periode proyek 10 tahun
|
2
|
Tingkat keberhasilan fermentasi
|
persen
|
95
|
|
3
|
Kapasitas Mesin/Peralatan
|
|||
- Nata de coco kemasan
|
Dus
|
18.500
|
500 karton (1 karton 24
gelas)/Bulan
|
|
-
|
||||
5
|
Harga Nata de coco
|
|||
a. Kemasan
gelas
|
||||
- Pasar lokal
|
Rp/karton
|
11.500
|
||
- Pasar luar
daerah
|
Rp/karton
|
12.500
|
Perbedaan biaya transportasi
|
|
6
|
Proporsi Penjualan
|
|||
- Pasar Lokal
|
70%
|
|||
- Pasar luar daerah
|
30%
|
|||
7
|
Hari produksi
dalam 1 tahun
|
hari
|
313
|
Hari Minggu libur
|
9
|
Discount rate
|
14%
|
Sumber : Lampiran
1
Harga nata de coco kemasan adalah Rp 18.500 per karton di
pasar lokal dan Rp 19.500 per karton di pasar luar daerah. Output yang dijual
di pasar lokal 70% dan di pasar luar daerah adalah 30% . Dengan asumsi bahwa
setiap hari Minggu tidak berproduksi, maka jumlah hari produksi adalah 313 hari
dalam setahun. Persyaratan 30% adalah dana
sendiri. Dengan melihat siklus usaha dari produksi sampai dengan mendapat
pembayaran adalah kurang lebih 1,5 bulan maka dana untuk modal kerja dari yang
berasal dari kredit adalah 12% dari total modal kerja. Discount rate riil
diasumsikan sebesar 14%.
5.
KOMPONEN
BIAYA INVESTASI DAN BIAYA OPERASIONAL
Untuk memproduksi nata de coco
dibutuhkan input yang dibedakan atas input tetap (fixed input) dan input
variabel (variabel input). Pemakaian input membawa konsekuensi pada biaya:
biaya tetap (fixed cost) dan biaya variabel (variable cost). Input tetap adalah
input yang jumlahnya tidak tergantung dari jumlah output nata de coco yang
diproduksi, contoh: mesin, bangunan pabrik, peralatan, dan lain-lain. Dalam
bahasa sehari-hari biaya tetap ini sering disebut dengan biaya investasi. Input
variabel adalah input yang jumlahnya tergantung dari jumlah output nata de coco
yang diproduksi, contoh: bahan baku, tenaga kerja, bahan bakar, dan lain-lain.
Dalam bahasa sehari-hari biaya variabel ini sering disebut biaya operasional.
Selanjutnya, kita akan menggunakan istilah biaya investasi dan biaya
operasional.
Secara sederhana, biaya investasi
adalah biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan nata de coco yang menambah stok
kapital perusahaan tersebut. Komponen biaya investasi meliputi: perijinan
usaha, bangunan dan tanah, mesin/peralatan (drum, kompor, dandang, penyaring,
pH meter, nampan, dll) dan kendaraan. Sedangkan biaya operasional adalah biaya
yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk keperluan upah, bahan baku, bahan
pembantu, listrik dan lain-lain yang terkait dengan penggunaan input.
5.1.Biaya Investasi
Biaya investasi usaha nata de coco
adalah biaya tetap (fixed cost) yang terdiri dari biaya perizinan usaha, biaya
tanah dan bangunan, mesin dan peralatan. Biaya perizinan hanya dibutuhkan satu
kali. Biaya tanah dan bangunan adalah biaya sewa yang dibayarkan pada awal
periode. Dalam analisis keuangan ini diasumsikan umur usaha adalah 10 tahun.
Pada kenyataannya setiap mesin/peralatan memiliki umur ekonomis masing-masing.
Sehingga, mesin/peralatan yang memiliki umur ekonomis di bawah 4 tahun harus
diadakan kembali (reinvestasi). Sebagai contoh, setiap saringan memiliki umur
ekonomis 1 tahun, maka setiap tahun harus ada investasi untuk saringan. Selama
umur proyek berarti akan terdapat reinvestasi sebanyak empat kali. Untuk
mempermudah proses perhitungan, peralatan yang umur ekonomisnya di bawah empat
tahun diasumsikan tersedia di awal periode perhitungan sejumlah tertentu
sehingga dapat mencukupi umur proyek. Sebaliknya, mesin/peralatan yang memiliki
umur ekonomis di atas umur proyek maka pada akhir proyek peralatan tersebut
masih memiliki nilai ekonomis (scrap value). Sebagai contoh hand refractometer
memiliki nilai ekonomis 10 tahun. Oleh karena itu, pada akhir periode proyek
hand refractometer memiliki nilai ekonomis sebesar penyusutan dikalikan dengan
sisa umur ekonomis.
Tabel 5.2 menunjukkan biaya
investasi awal proyek (untuk rinciannya lihat Lampiran 2). Biaya perizinan
hanya dikeluarkan sekali pada awal usaha sehingga tidak memiliki penyusutan.
Biaya sewa tanah sebesar Rp.
10.000.000,- dan bangunan sebesar Rp 10.000.000 untuk 10 tahun, sehingga nilai
penyusutannya adalah Rp 2.000.000/tahun. Biaya investasi peralatan dan mesin
sebesar Rp 50.000.000 Dengan memperhatikan umur ekonomis masing-masing
peralatan/mesin, maka nilai penyusutan peralatan/mesin secara total adalah Rp
5.000.000 per tahun selama periode usaha 10 tahun. Jadi totoal keseluruhan penyusutan adalah
Rp.7.000.000,-
Tabel
5.2. Biaya Investasi Pengolahan Nata de coco/Tahun
No
|
Uraian
|
Banyaknya
|
Harga
(Rp)
|
Jumlah
(Rp)
|
1
|
Sewa lahan
|
1 tahun
|
Rp 1.000.000,-
|
Rp 10.000.000,-
|
2
|
Gudang
|
1 unit
|
Rp 10.000.000
|
Rp 10.00.000,-
|
3
|
Mesin dan Peralatan
|
Lengkap
|
Rp 50.000.000
|
Rp 50.000.000,-
|
Total
|
Rp 70.000.000,-
|
|||
Penyusutan per tahun
|
Rp. 7.000.000;-
|
5.2.Biaya Operasional
Biaya operasional usaha nata de coco merupakan biaya
variabel (variabel cost) yang besarnya tergantung dengan jumlah nata de coco
yang diproduksi. Dalam analisis keuangan ini yang dianalisis adalah usaha jenis
kemasan, maka yang dimaksud dengan produk akhir dari usaha nata de coco adalah
dalam bentuk kemasan. Usaha jenis ini akan memproses semua nata de coco
lembaran yang dihasilkan menjadi nata de coco kemasan, dan tidak menjual nata
de coco dalam bentuk lembaran. Tabel 5.3 menunjukkan biaya operasional usaha
nata de coco kemasan.
Tabel
5.3. Biaya Operasional Nata de coco/tahun
No
|
Uraian
|
Banyaknya
|
Harga
(Rp)/satuan
|
Jumlah
(Rp)/thn
|
1
|
Bahan Baku dan Pembantu
|
60 Jeregen/bln
|
Rp 15.000
|
Rp 900.000,-
|
2
|
Tenaga kerja
|
3 orang
|
Rp 3.000.000,-
|
Rp 36.000.000
|
3
|
Listrik
|
1
|
Rp 150.000,-
|
Rp 1.800.000,-
|
4
|
Gas
|
8 buah/bln
|
Rp 720.000,-
|
Rp 8.640.000
|
Total
|
Rp 47.340.000
|
6. PRODUKSI
DAN PENDAPATAN
Output dari
usaha nata de coco dalam analisis keuangan ini adalah nata de coco kemasan
gelas. Setiap bulan dapat dihasilkan nata de coco kemasan sebanyak 14.400 gelas
(atau 600 karton dimana setiap karton terdiri dari 24 nata de coco gelas).
Karena adanya biaya transportasi maka terdapat perbedaan antara harga di pasar
lokal dan di pasar luar daerah. Harga di pasar lokal adalah Rp 18.500 dan harga
di pasar luar daerah adalah Rp 19.500. Distribusi pemasaran nata de coco adalah
70% untuk pasar lokal dan 30% untuk pasar luar daerah. Dengan demikian harga
rata-rata tertimbang nata de coco per karton adalah:
(30% X Rp. 19.500) + (70% X Rp.
18.500) = Rp. 18.800
Penerimaan setiap produksi
sebanyak 600 karton adalah:
Rp. 18.800 X 600 = Rp. 11.280.000
(pendapatan perbulan)
Dengan asumsi dalam setahun maka
penerimaan dalam setahun adalah:
Rp. 11.280.000 X 12 = Rp. 135,360,000
(pendapatan pertahun)
Dengan demikian, aliran
penerimaan usaha nata de coco tersebut adalah Rp 135,360,000 per tahun. Sedangkan aliran
biaya seperti yang telah dikemukakan di atas yaitu terdiri dari biaya investasi
dan biaya operasional. Biaya investasi dalam aliran biaya dinyatakan dalam
biaya penyusutan barang-barang investasi. Proyeksi pendapatan dan biaya
selengkapnya bisa dilihat di bawah ini:
6.1.
Biaya investasi
No
|
Uraian
|
Banyaknya
|
Harga
(Rp)
|
Jumlah
(Rp)
|
1
|
Sewa lahan
|
1 tahun
|
Rp 1.000.000,-
|
Rp 1.000.000,-
|
2
|
Gudang
|
1 unit
|
Rp 10.000.000
|
Rp 10.00.000,-
|
3
|
Mesin dan Peralatan
|
Lengkap
|
Rp 50.000.000,-
|
|
Total
|
Rp 61.000.000,-
|
6.2.
biaya tetap
No
|
Uraian
|
Banyaknya
|
Harga
(Rp)
|
Jumlah
(Rp)
|
Penyusutan lahan
|
1 thn
|
Rp 1.000.000
|
Rp 1.000.000,-
|
|
Penyusutan gudang
|
10 thn
|
Rp 1.000.000,-
|
Rp 1.000.000,-
|
|
Penyusutan mesin dan
peralatan
|
10 thn
|
Rp 5.000.000
|
Rp 5.000.000,-
|
|
Total
|
Rp 583.333/bln
|
Rp 7.000.000,-
|
6.3.
Biaya variabel
No
|
Uraian
|
Banyaknya
|
Harga
(Rp)/satuan
|
Jumlah
(Rp)/thn
|
a. Bahan Baku dan Pembantu
|
60 Jeregen
|
Rp
15.000,-
|
Rp 900.000,-
|
|
b. Tenaga kerja
|
4 orang
|
Rp
4.200.000,-
|
Rp 36.000.000
|
|
c. Listrik
|
1
|
Rp 150.000,-
|
Rp 1.800.000,-
|
|
d. Gas
|
8 buah
|
Rp 720.000,-
|
Rp 8.640.000
|
|
Total
|
Rp
5.085.000,-
|
Rp 47.340.000
|
6.4. Total Biaya
=Biaya Tetap + Biaya
Variabel
= Rp 7.000.000,- + Rp
47.340.000
= Rp 54.340.000,-
6.5. Produksi Nata De coco
= 600 dus x Rp 18.800
= Rp 11.280.000,-
= 12 x 11.280.000 = Rp. 135,360,000
6.7. Keuntungan
6.7. Keuntungan
Produksi - Total Biaya
= Rp 133.200.000 -
54.340.000,-
= Rp 78.860.000
6.8. Break Event Point :
BEP volume produksi = Total biaya : Harga
produksi
= Rp 54.340.000 : Rp 18.800
= 2.890 dus
Titik balik modal usaha Nata De Coco CV.Mitra Kurnia akan tercapai jika
produksi mencapai 2.890 dus per periode produksi.
BEP harga produksi = Total biaya : Volume produksi
= Rp 54.340.000 : 7.200
dus
= Rp. 7.547,-
Titik balik modal usaha Nata De Coco CV.Mitra Kurnia selama satu
periode penanaman akan tercapai jika harga jual per unit mencapai Rp. 7.547 per
periode produksi
6.9. R/C ratio :
R/C
ratio = Hasil penjualan : Total biaya
= Rp. 135,360,000 : Rp 54.340.000
= 2.5
Karena nilai R/C ratio lebih besar dari 1, maka usaha cocopeat Bina
Usaha layak dilakukan.
6.10.
Return of Invesment :
ROI
= Keuntungan : Total biaya x 100%
= Rp 78.860.000 : Rp
54.340.000x 100%
= 15%
ROI sebesar 15%. Artinya, dari setiap pengeluaran Rp 1 akan
menghasilkan keuntungan sebesar Rp. 1,5.
Jadi, keuntungan rata-rata
pertahun pada CV.Mitra Kurnia sebesar Rp. 78.860.000,- dan keuntungan perbulan
adalah sebesar Rp.6.572.000,- maka dinyatan bahwa Home industry Nata De coco
ini layak untuk di usahakan.
7.
Sistem Pemasaran Pada
Industri Rumah Tangga Nata De Coco Khausar.
Pemasaran
adalah termasuk
salah satu kegiatan penting dalam
perusahaan, tidak hanya terbatas aktifitas menjual atau jasa saja atau
pemindahan barang dari suatu tempat ketempat lainnya. Pemasaran dalam arti
sempit adalah hasil prestasi kegiatan usaha yang yang berkaitan dengan pengalirkan barang dan jasa dari produsen ke konsumen/masyarakat. Sedangkan pemasaran dalam arti luas
memiliki arti untuk mencari kesempatan
menjual yang kemudian dimanfaatan sepenuhnya dan mencari yang paling efisien
untuk memanfaatkan kesempatan yang diperoleh jangan sampai kehilangan
kesempatan menjual.
Dalam pemasaran produk nata
de coco, industri rumah tangga ini
memasarkan produknya hanya baru dilakukan pada daerah Banda Aceh dan Aceh
Besar, belum dilakukan pemasaran keluar daerah sekitarnya, ini disebabkan
karena industri nata de coco ini belum lama dibangun dan masih kekurangan modal
sehingga produk yang dihasilkan masih terbatas. Terkadang pun industri tidak
mampu permintaan pasar. Industri nata de coco ini masih lebih memfokuskan
produknya agar bias dinikmati oleh konsumen lokal terlebih dahulu. Dalam strategi pemasaran ada
4 unsur strategi bauran pemasaran yang merupakan yang dijalankan oleh suatu
perusahaan yang dapat mencapai sasaran pasarn yang dituju yaitu strategi
produk, harga, promosi, dan saluran distribusi.
a. Produk
Produk adalah segala sesuatu yang biasa ditawarkan kepada seluruh
segmen pasar agar diperhatikan, produk yang ditawarkan oleh usaha rumah tangga
ini adalah Nata De Coco dengan menggunakan merek “Khausar” dengan ukuran per cup
250 gr dan menghasilkan produk per minggunya 3600 cup.
b. Harga
Harga adalah nilai satuan dari produk. Harga suatu produk sangat
mempengaruhi pendapatan. Usaha nata de coco ini menjual produknya dengan harga
Rp.18.500.- Per dus
c. Promosi
Promosi pada hakikatnya merupakan suatu bentuk mempengaruhi
perilaku pembeli baik dari pelanggan maupun calon pelanggan. Peran promosi
adalah menjelaskan kepada pelanggan dan calon pelanggan mengenai keunggulan
yang dimiliki oleh suatu produk. Industri rumah tangga nata de coco ini hanya
melakukan promosi dari mulut ke mulut saja.
d. Saluran
distribusi
Saluran pemasaran dapat
diartikan sebagai jalur atau rantai pemasaran yang dilalui dalam proses
pemindahan produk dari produsen sampai ke tangan konsumen. Pemilihan saluran pemasaran yang tepat dan
benar dapat mengoptimalkan keuntungan yang diperoleh, sehingga berdampak pada
kelangsungan dan perkembangan perusahaan tersebut.
BAB IV
PENUTUP
1.
Kesimpulan
1. Bakteri yang berperan dalam pembuatan
nata de coco adalah Acetobacter xylinum
2. Acetobacter xylinum berbentuk
batang pendek dan merupakan bakteri gram negatif
3. Tahap pembuatan
yaitu : persiapkan alat dan bahan, pembiakan Acetobacter xylinum,
pembuatan starter, fermentasi.
4. Usaha Nata de coco layak untuk
diusahakan karena pendapatannya lebih besar.
2.
Saran
Dengan melihat prospek pasar
domestik dan pasar ekspor yang cerah,pemerintah
dan pelaku usaha perlu untuk meningkatkan standar mutuproduk nata de coco yang
memenuhi kriteria preferensi pasar dankesehatan.
Pengembangan pola kemitraan
antara usaha besar, menengah dankecil maupun rumah tangga dalam pasokan input
maupun pemasaranoutput.
Secara
finansial, usaha ini layak dibiayai oleh bank, meskipundemikian bank perlu
melakukan analisis kredit yang lebihkomprehensif dengan prinsip kehati-hatian.
Disarankan bankmemberikan perhatian pada kemampuan membayar yang
lebih besar.Pemberian kredit
investasi dan modal kerja pada tahun yang samakemungkinan
akan dapat memberatkan nasabah dalam hal membayarcicilan pokok dan bunganya.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim.2011.
Pengolahan Nata de Coco. http://www.bi.go.id/sipuk/id/?id=4&no=52301&idrb=46501
(diakses pada tanggal 2 November 2011)
Anonymous,2011.
http://bioindustri.blogspot.com/2008/05/kemampuan-bakteri-acetobacter-xylinum.html
(diakses pada hari Rabu, 19 Oktober 2011, pukul 08.10 WiIB)
Anonymous,2011. http://www.smallcrab.com/others/448-membuat-nata-de-coco
(diakses pada hari Jumat, 21 Oktober 2011, pukul 09.18 WIB)
Sutarminingsih L,Ch. 2004. Teknologi
Pengolahan Pangan Peluang Usaha Nata De Coco. Yokyakarta: Kanisius.
misi
BalasHapusnumpang promo gan!!
jual bibit nata dengan harga 30rb per btol
cp. 085649253544
salamkenal bisakah saya mendapatkan daftar pustakanya yang lengkap?trimaksih
BalasHapus