Senin, 15 Agustus 2011

BUDIDAYA BURUNG PUYUH


Laporan Praktikum Evaluasi Proyek

BUDIDAYA BURUNG PUYUH

OLEH : KELOMPOK – 4
FIDAZUWAWI TIMORA    : 0705102020080  
ILHAMULLAH                   : 0705102020051 
JUNAIDI                              : 0605102020025 
NURITA PURI                      : 0705102020024 
APRIALDO ALI AKBAR   : 0705102020011

 




FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SYIAH KUALA
BANDA  ACEH
2011
PENDAHULUAN

Latar Belakang            
Puyuh merupakan jenis burung yang tidak dapat terbang, ukuran tubuh relatif kecil, berkaki pendek dan dapat diadu. Burung puyuh disebut juga Gemak (Bhs. Jawa-Indonesia). Bahasa asingnya disebut “Quail”, merupakan bangsa burung (liar) yang pertama kali diternakan di Amerika Serikat, tahun 1870. Dan terus dikembangkan ke penjuru dunia. Sedangkan di Indonesia puyuh mulai dikenal, dan diternak semenjak akhir tahun 1979. Kini mulai bermunculan di kandangkandang ternak yang ada di Indonesia.
Secara umum, para petani dan peternak di Indonesia cukup mumpuni dalam berproduksi. Yang menjadi kendala kemudian ialah kurang atau tidak adanya pemasaran. Menengok negara tetangga, Thailand. Menurut yang pernah penulis baca di majalah Trubus, entah terbitan kapan aku lupa, kalau tidak salah ingat, di sana ada kementrian pemasaran hasil-hasil pertanian, sehingga petani sebagai prosuden tidak lagi khawatir kalau sampai tidak bisa memasarkan hasil pertaniannya dengan keuntungan yang sesuai. Indonesia sebagai negara agraris yang lebih luas daripada Thailand barangkali dalam Departemen Pertaniannya ada juga bagian yang mengurusi masalah pemasaran hasil-hasil pertanian. Hanya saja penulis belum mencari referensi sampai semaksimal bagaimana departemen pertanian berusaha agar para petani dan peternak di Indonesia tidak sampai merugi.



PEMBAHASAN

Produksi dan produktifitas
            Puyuh bertelur rata-rata setelah berumur 2 bulan. Produksi rata-rata dapat mencapai 70% per tahun, sesudah umur 1 tahun sebaiknya puyuh tidak diternakan lagi, karena produksi telur telah menurun. Dengan bibit yang baik dan dengan perawatan yang baik produksi telurnya dapat mencapai 300 butir pertahun.
            Berat puyuh jantan yang sudah dewasa dapat mencapai 100-140 gr, sedangkan yang betina 110-160 gr. Berat telur 9-10 gr dan kulit telur putih dengan bercak-bercak coklat sampai hitam. Telur burung puyuh relative besar apabila dibandingkan dengan berat tubuhnya, yaitu mencapai 6,25-8,18% dari berat tubuhnya. Sedangkan telur ayam hanya mencapai 4-4,5% daripada berat tubuhnya.
            Telur puyuh mengandung protein 13,6%, lemak 8,24% dan air 73,9%. Telur yang berkadar protein tinggi dan lemak yang rendah adalah baik sekali untuk orang yang diet terhadap kolesterol.
Meneteskan Telur
            Telur yang akan diteteskan hendaknya dipilih dari induk yang sudah cukup umur. Telur tetas sebaiknya diambil dari puyuh betina berumur 5-8 bulan yang dipelihara bersama-sama dengan puyuh jantan, dengan perbandingan jantan : betina = 1 : 10. Telur tetas itu tidak boleh berumur labih dari 5 hari daya tetas telur akan menurun 3% setiap hari sesudah 5 hari penyimpanan.
            Pilihlah telur yang bentuk dan besarnya seragam, dengan bercak-bercak pada kulit telur yang tersebar merata. Suhu yang diperlukan untuk meneteskan telur adalah 100o – 102o Fahrenheit atau 37,7o - 38,8oC, dengan kelembaban udara 60-70%.
            Sebelum dimasukkan dalam mesin penetes, kulit telor diberi tanda (misalnya : warna merah). Hal ini memudahkan dikemudian hari untuk mengontrol apakah telur sudah diputar atau belum.
            Pemutaran telur dilakukan mulai hari ke dua dan diputar 90o, paling sedikit empat kali sehari. Pemutaran dilakukan terus-menerus sampai hari ke-14 dan diusahakan agar letak bagian kulit telur yang diberi warna seperti pada waktu memasukkannya kedalam alat penetas (misalnya pada waktu dimasukkan, bagian yang diberi warna berada dibagian atas, maka pada waktu pemutaran terakhir pada hari ke-14 tersebut, bagian yang berwarna merah berada disebelah atas pula).
            Telur akan menetas pada hari ke-15 – 18. Anak puyuh yang baru menetas, berat badannya 6 – 7 gr. Susudah berumur 2 hari, baru dupindahkan kedelam kandang khusus untuk anak puyuh (kandang anakan). Untuk melindungi anak puyuh dari angin dan kedinginan, maka kandang tertutup dengan kertas Koran dan pemanasan ruangan mutlak diperlukan.

Cara membedakan puyuh jantan dan betina
            Perbadaan burung pyuh jantan dan betina pada umur 3 minggu didasarkan atas warna bulu disekitar dada. Pada burung puyuh jantan berwarna coklat polos tanpa bintik-bintik. Sedangkan betina berwarna coklat dan terdapat bintik-bintik putih dan hitam.
            Pada umur 3 bulan, perbedaan tersebut semakin nampak. Pada tubuh dibelakang puyuh jantan yang berumur 3 bulan terdapat penonjolan sebesar biji kelereng. Penonjolan tersebut apabila dipencet akan mengeluarkan cairan putih berbusa yaitu air sperma.

Kandang dan Peralatannya
            Kandang puyuh dapat dibuat bertingkat atau bersusun yang bertujuan untuk menghemat penggunaan tempat yang terlalu banyak. Ukuran kandang yang dibuat panjang 1 m, lebar 0,5 m dan tinggi 0,4 m. kandang dengan ukuran diatas dapat menampung 50 ekor anak puyuh umur 2-14 hari, atau 35 ekor puyuh muda umur 2-6 minggu atau 22-25 ekor burung puyuh dewasa. Kandang dapat dibuat bersusun 3-4.

Kandang dapat diterapkan dengan system litter atau system sangkar :
1.      Dinding dan lantai kandang system sangkar terbuat kawat kasa, dibawah lantai setiap kandang perlu disediakan alas guna menampung kotoran (dropping board). Ini berguna untuk pemiliharaan kebersihan ruang tempat meletak kan kandang dan agar kotoran tidak menimpa ternak yang ada dibagian bawah.
2.      Alas lantai system litter dapat dibuat dengan mencampur; 80% sekam padi, 15% kotoran sapi kering, dan 5% kapur mati. Agar tidak menjadi padat dan basah, litter harus sering dibalik (diaduk). Sebab litter yang lembab dan basah akan menyebabkan tumbuh dan berkembang biaknya beberapa penyebab penyakit.
Beberapa keuntungan lantai litter:
a.       Merupakan sumber Vitamin B12
b.      Memberikan kesibukan pada burung, sehingga sifat saling mematuk dapat berkurang
c.       Memberi rasa hangat pada burung pada musim hujan.
Bentuk tempat makanan dan minuman umumnya sama seperti yang digunakan untuk ayam. Untuk mencegah anak puyuh tercebur dalam air minum maka tempat minumnya diberi kerikil atau kelereng. Karna puyuh suka mengais–ngais waktu makan. Maka untuk mencegah pemborosan makanan, tempat makan sebaiknya diberi penghalang atau digantung, agar aman dari jangkauan kaki dari burung puyuh tersebut.
            Anak puyuh sangat peka terhadap hawa dingin. Oleh karna itu,alat pemanas ruangan dalam kandang perlu disediakan terutama untuk anak puyuh umur 2-10 hari. Pemanasan sebaiknya dilakukan sampai anak umur 6 minggu sesudah lewat umur tersebut anak tidak memerlukan pemanasan lagi.
            Pada pemanasan itu perlu sekali diperhatikan posisi anak-anak puyuh didalam kandang. Apabila ia menyebar merata dalam kandang, berarti panas yang diberikan oleh alat pemanas adalah serasi dengan kebutuhannya (terasa nyaman). Tapi bila anak puyuh itu mengumpul dibawah kap lampu atau berdesak-desakan didekat lampu berarti ia kedinginan dan panas didalam ruangan perlu ditambah. Dan jika anak puyuh berusaha menjauhi lampu, bearti ia kepanasan dan panasnya ruangan perlu dikurangi.
Ransum Burung Puyuh
            Pada masa pertumbuhan (umur 2-5 minggu) puyuh memerlukan makanan yang mengandung protein 24% dan pertukaran zat (energy metabolis) 2.800 kg kalori. Sedang pada masa bertelur diperlukan makanan yang mengandung protein metabolis 2.600 kg kalori. Satu penelitian menunjukkan bahwa untuk mendapatkan kesuburan telur daya tetas dan produktuvitas yang tinggi diperlukan makanan yang mengandung protein tidak lebih dari 20%.
Kebutuhan makanan tiap ekor burung puyuh/hari:
Umur 2 s/d 7 hari        (minggu pertama)        : 3,6 gram
Umur 8 s/d 14 hari      (minggu kedua)           : 6,8 gram
Umur 15 s/d 21 hari    (minggu ketiga)           : 8,9 gram
Umur 22 s/d 28 hari    (minggu ke empat)      : 10,8 gram
Umur 29 s/d 35 hari    (minggu kelima)          : 15 gram
Untuk umur selanjut nya rata-rata 20 gram per ekor/hari
Penyakit
            Untuk mengurangi atau mencegah berjangkitnya penyakit pada burung puyuh, menjaga kebersihan tempat makan, tempat minum dan kebersihan kandang sekitarnya perlu diperhatikan. Burung puyuh boleh dikatakan jarang terserang penyakit, bila dibandingkan dengan ternak unggas lain, namun demikian burung puyuh juga peka terhadap beberapa penyakit yang menyerang ternak ayam, terutama ND.
            Untuk mencegah penyakit ini dapat dilakukan dengan vaksinasi pada burung puyuh berumur 30 hari dengan vaksin ND inaktif dengan dosis 0,25 cc, disuntikkan pada urat daging dada dan diulang setiap 3 bulan. Gejala penyakit ini adalah nafsu makan berkurang, ngorok, sesak nafas, batuk, leher berputar (torticollis), lumpuh pada sayap dan kaki, mencret, warna kotoran putih kehijauan.


Penyakit yang menyerang burung puyuh
1.
Radang usus (Quail enteritis)
Penyebab: bakteri anerobik yang membentuk spora dan menyerang usus, sehingga timbul peradangan pada usus.
Gejala: puyuh tampak lesu, mata tertutup, bulu kelihatan kusam, kotoran berair dan mengandung asam urat.
Pengendalian: memperbaiki tata laksana pemeliharaan, serta memisashkan burung puyuh yang sehat dari yang telah terinfeksi.
2.
Tetelo (NCD/New Casstle Diseae)
Gejala: puyuh sulit bernafas, batuk-batuk, bersin, timbul bunyi ngorok, lesu, mata ngantuk, sayap terkulasi, kadang berdarah, tinja encer kehijauan yang spesifik adanya gejala “tortikolis”yaitu kepala memutar-mutar tidak menentu dan lumpuh.
Pengendalian: (1) menjaga kebersihan lingkungan dan peralatan yang tercemar virus, binatang vektor penyakit tetelo, ayam yang mati segera dibakar/dibuang; (2) pisahkan ayam yang sakit, mencegah tamu masuk areal peternakan tanpa baju yang mensucihamakan/ steril serta melakukan vaksinasi NCD. Sampai sekarang belum ada obatnya.
3.
Berak putih (Pullorum)
Penyebab: Kuman Salmonella pullorum dan merupakan penyakit menular.
Gejala: kotoran berwarna putih, nafsu makan hilang, sesak nafas, bulu-bulu mengerut dan sayap lemah menggantung.
Pengendalian: sama dengan pengendalian penyakit tetelo.
4.
Berak darah (Coccidiosis)
Gejala: tinja berdarah dan mencret, nafsu makan kurang, sayap terkulasi, bulu kusam menggigil kedinginan.
Pengendalian: (1) menjaga kebersihan lingkungaan, menjaga litter tetap kering; (2) dengan Tetra Chloine Capsule diberikan melalui mulut; Noxal, Trisula Zuco tablet dilarutkan dalam air minum atau sulfaqui moxaline, amprolium, cxaldayocox
5.
Cacar Unggas (Fowl Pox)
Penyebab: Poxvirus, menyerang bangsa unggas dari semua umur dan jenis kelamin.
Gejala: imbulnya keropeng-keropeng pada kulit yang tidak berbulu, seperti pial, kaki, mulut dan farink yang apabila dilepaskan akan
mengeluarkan darah.
Pengendalian: vaksin dipteria dan mengisolasi kandang atau puyuh yang terinfksi.
6.
Quail Bronchitis
Penyebab: Quail bronchitis virus (adenovirus) yang bersifat sangat menular.
Gejala: puyuh kelihatan lesu, bulu kusam, gemetar, sulit bernafas, batuk dan bersi, mata dan hidung kadang-kadang mengeluarkan lendir serta kadangkala kepala dan leher agak terpuntir.
Pengendalian: pemberian pakan yang bergizi dengan sanitasi yang memadai.

7.
Aspergillosis
Penyebab: cendawan Aspergillus fumigatus.
Gejala: Puyuh mengalami gangguan pernafasan, mata terbentuk lapisan putih menyerupai keju, mengantuk, nafsu makan berkurang.
Pengendalian: memperbaiki sanitasi kandang dan lingkungan sekitarnya.
8.
Cacingan
Penyebab: sanitasi yang buruk.
Gejala: puyuh tampak kurus, lesu dan lemah.
Pengendalian: menjaga kebersihan kandang dan pemberian pakan yang terjaga kebersihannya.



ANALISIS DATA

Analisis Usaha Budidaya


Analisa Usaha Ternak Puyuh dengan skala usaha 2.000 ekor (selama 1 tahun, posisi tahun 2011)

Modal awal :
Puyuh                                                                          = 2.000 x Rp. 12.500,-            = Rp. 25.000.000,-
Kandang 5 tingkat, ukuran 2 m x 10 m                      = 5 x Rp.750.000,-          = Rp. 6.000.000,
Peralatan (tempat minum, lampu, ember sekop dll)                                            = Rp. 500.000,
Ruangan (tempat kandang dan gudang Tempat pakan ukuran 6x7m)               
                                                                                    = 6x7xRp. 300.000,-       = Rp. 12.600.000,-
Mesin Penetas                                                             =22 buah x Rp. 500,000  = Rp. 11.000.000
                                                                 --------------------------------------------------------------------
                                                                       Jumlah                                          = Rp  44.100.000,-
Biaya-biaya:
Pakan                                                                          = 146 sak x Rp.180.000  = Rp. 26.280.000,
Kesehatan                                                                                                            = Rp. 400.000,
Tenaga kerja (5 orang/bulan)                                       = 12 bln x Rp. 5.000.000 = Rp. 60.000.000,
Penyusutan :
Kandang                                                                                                              = Rp.   1.250.000,-
Ruang dan gudang                                                                                              = Rp.   1.250.000,-
Peralatan                                                                                                              = Rp.   1.250.000,-
                                                                    ------------------------------------------------------------------
                                                                                    Jumlah                             = Rp.  34.240.000,-

Hasil Penjualan:
Telur konsumsi            80% (1.800) +10% (300) x 365 x Rp. 250,-         = Rp. 191.625.000,
Puyuh afkir                 90% (4.500 ekor) x Rp. 5.000,-                            = Rp.   22.500.000,
        ------------------------------------------------------------Jumla    =Rp. 214.125.000,-
 Pendapatan selama satu tahun           = Hasil penjualan - modal awal – biaya
= Rp. 214.125.000– Rp.34.240.000 – Rp.44.100.000
                                                            = Rp  28.250.000
Jadi pendapat perbulan                       = Rp. 2.354.166,67,-

Nilai kandungan gizi pada telur puyuh :
Protein                         : 13,1%
lemak                           : 11,1%
karbohidrat                  :1,0%
abu                              :1,1%


Jadi peternak lebih banyak menjumlah keuntungan bila beternak puyuh petelur, baru kemudian puyuh afkirannya di jual dari pada menjual puyuh bibit. Analisa usaha dihitung berdasarkan harga-harga yang berlaku.

KESIMPULAN

Peternakan puyuh perlu dikembangkan karena puyuh menghasilkan pangan yang tinggi nilai gizinya dan dapat membantu penyediaan sebagai protein hewani yang dibutuhkan dalam makanan kita sehari-hari. Selain meningkatkan kesejahteraan keluarga, pemeliharaan puyuh juga efektif untuk menambah penghasilan. Puyuh termasuk ternak unggas yang bertubuh kecil, tetapi pertumbuhannya cepat dan cepat menjadi dewasa.
            Beberapa keuntungan yang dapat dikemukakan dengan beternak puyuh antara lain :
1.      Ternak ini merupakan sumber protein hewani sehingga dapat memperbaiki gizi keluarga.
2.      Pemeliharaannya tidak memerlukan banyak tempat, karena kandang seluas 1 m2 dapat menampung 50 ekor burung dewasa sehingga peternakan dapat diusahakan dihalaman yang sempit.
3.      Puyuh lebih tahan terhadap penyakit daripada ayam.
4.      Kotoran tidak begitu berbau adan dapat pula dimanfaatkan sebagai pupuk.
5.      Dapat menambah penghasilan, sehingga efektif untuk usaha wiraswasta.



DAFTAR PUSTAKA

Elly Listyowati, Kinanti Rospitasari, 1992. Puyuh, Tatalaksana Budidaya secara komersil
Penebar Swadaya, Jakarta.
Muhammad Rasyaf, , 1985. Memelihara burung puyuh Penerbit Kanisius (Anggota KAPPI),
Yogyakarta.
Nugroho, Mayen, , 1981.  Beternak burung puyuh. Dosen umum Ternak Unggas
Fakultas Kedokteran Hewan dan Peternakan, Universitas Udayana.
Wahyuning Dyah Evitadewi, 1985. Beternak burung puyuh dan Pemeliharaan secara komersil,
Penerbit Aneka Ilmu Semarang

Tidak ada komentar:

Posting Komentar